FKUB, Bogor – Walikota Bogor Bima Arya mengatakan memiliki tiga cara pandang dalam menghadapi pandemi Covid-19. Salah satunya adalah memandang pandemi dari dimensi sosial horizontal. Dari sisi horizontal, Bima menekankan perlunya penyelenggaraan ibadah dengan protokol kesehatan yang ketat.
Sementara dalam konteks sosial, Bima berharap rumah ibadah bisa menjadi tempat solusi bagi masyarakat di tengah perlawanan terhadap pandemi Covid-19.
Berlandaskan dimensi itu, Bima menegaskan lebih memilih membuka atau mengaktivasi rumah ibadah daripada mall di masa transisi saat ini.
“Artinya dari Kota Bogor yang pertama kita aktivasi bukan mall. Sampai hari ini mall belum buka. Tapi rumah ibadah adalah yang pertama kita aktivasi,” ujar Bima, dalam webinar ‘Memperkuat Kerukunan dan Solidaritas di Tengah Covid-19’, Senin (15/6/2020).
Webinar digelar oleh Pusat Studi Agama dan Demokrasi Paramadina (PUSAD Paramadina) dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) dengan menghadirkan narasumber Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri Agama Fachrul Razi, Walikota Bogor Bima Arya, Walikota Singkawang Tjhai Chui Mie, Ketua FKUB Kota Kupang Pdt. Heinrich Ridwan Fanggidae, Ketua FKUB Kota Depok Habib Muhsin Alattas dengan moderator Alissa Wahid, pendiri Gusdurian.
Selengkapnya: Werbinar Pandemi Covid 19 Akui Peran Penting FKUB
“Kita berharap rumah ibadah bisa diaktivasi dalam konteks sosial, yaitu menjadi tempat solusi, dimana jadi lumbung pangan, menjadi pusat pembagian sembako, dan sebagainya,” kata dia.
Melalui Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Bima mengatakan pihaknya berusaha menjamin kesehatan para pengurus rumah ibadah sehingga dapat dipergunakan kembali.
Walikota Bogor juga menilai pandemi Covid-19 harus dipandang bukan sekedar ujian kesehatan, tetapi lebih sebagai ujian keimanan bagi semua orang. “Dari cara pandang dimensi spiritual vertikal maksudnya pandemi ini dilihat bukan sebagai ujian kesehatan, tapi juga ujian keimanan,” ujar Bima
Bima mengatakan pihaknya berkonsolidasi dengan tokoh-tokoh lintas agama melalui Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) untuk membangun narasi yang sama terkait cara pandang tersebut. Ia pun mengapreasiasi kinerja dan hubungan sinergis FKUB dengan berbagai pihak termasuk dengan Pemerintah Kota Bogor.
“Saya berterimakasih karena Bogor sudah melaksanakan dengan sangat baik. FKUB membuat dialog dengan berbagai komunitas, bersinergi dengan PKK bagaimana membangun ketahanan keluarga di tengah pandemi. Bagaimana mengatasi kekerasan di keluarga yang cenderung meningkat karena tidak semua keluarga tahan di lockdown selama tiga bulan. Karena itulah perlu masuk dimensi penguatan disitu. Harus ada narasi yang sangat kuat bagaimana kita memahami ini sebagai ujian keimanan,” tandasnya.
Selain itu, dengan cara pandang ini dia berharap rumah ibadah dapat berperan dan harus memiliki aktivitas yang dirasakan oleh masyarakat. “Jadi rumah ibadah ini harus berperan, tidak boleh sunyi, senyap. Protokol kesehatan tetap harus dikuatkan, dan ada aktivitas-aktivitas yang terasa oleh publik. Protokol kesehatan di rumah ibadah ini harus menjadi contoh yang lain,” ujarnya.
“Saya keliling masjid, gereja dan lainnya untuk bisa dilihat oleh warga, bahwa rumah ibadah taat dan bisa menjadi contoh. Tidak saja masjid, tapi juga gereja-gereja. Saya usahakan cek semua dan saya lihat praktek yang sangat baik dari protokol kesehatan tadi,” tutur Bima.
Menanggapi itu, Sekretaris FKUB Kota Bogor, H. Hasbulloh, SE, M.Ek, mengungkapkan sinergitas FKUB Kota Bogor dengan pemerintah dan tokoh agama menjadi kunci dalam menghadapi kondisi pandemik Covid-19 di Kota Bogor. “Kami punya landasan utama, pertama landasan toleransi, landasan kebersamaan dan landasan kerukunan. Landasan ini yang dijadikan dasar FKUB untuk terus berkomunikasi dengan tokoh agama di Kota Bogor,” terangnya.
Hasbulloh menyampaikan, para pengurus rumah ibadah menjadi kunci utama pemberlakuan ibadah di masa kenormalan baru. “Branchmarking yang sudah ada penting untuk kita jaga dan dijalankan. Para pengurus rumah ibadah tentu memiliki upaya dan cara masing-masing agar berbagai tolok ukur, acuan prosedur kesehatan serta edukasi dan pemahaman dapat dijalankan oleh ummat,” komentar Hasbulloh.
Hasbulloh menuturkan, FKUB dari awal berperan untuk menjadi penggerak dan mendorong gerakan aktivasi rumah ibadah bersama seluruh majelis agama dan pimpinan rumah ibadah di Kota Bogor serta merumuskan kebijakan bersama Pemerintah Kota Bogor.
Terkait: FKUB Berperan dalam Peradaban Baru
Ia menambahkan, praktik rumah ibadah sebagi lumbung pangan juga terus didorong. “Teknisnya bagi rumah ibadah yang sudah siap, bisa melakukan nya secara gotong royong, baik dalam bentuk sembako maupun nasi kotak,” jelasnya.
Ia memberikan contoh, rumah ibadah yang sudah melakukan konteks sosial diantaranya adalah Masjid Raya Bogor, Masjid Baiturridwan, Yasmin, Bogor Barat dan Masjid Almaghfiroh, Kompleks Unitek, Bogor Timur.
Hasbulloh mengatakan, Kota Bogor dengan pengurus rumah ibadah dan semua pihak yang berkepentingan, seperti Camat dan Lurah, tentu harus bersama-sama menjalankan program ini lebih maksimal. “Mewujudkan rumah ibadah sebagai pusat edukasi, komunikasi, juga jadi pusat crisis center dengan tata cara beribadah dan pemberlakuan protokol kesehatan yang ketat, perlu mendapar dukungan dari semua pihak,” tegasnya. #Malik Baihaqi